Minggu, 14 April 2013

Prosesi Larung Sesaji Siraman Sedudo

      
Pemkab Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Nganjuk menggelar siraman di objek wisata air terjun Sedudo beberapa waktu lalu. Dalam acara tersebut, ratusan pengunjung berjubel ingin melihat langsung prosesi siraman. "Ini memang menjadi agenda tahunan bagi Pemkab Nganjuk. Makanya harus terus dipertahankan agar daya tarik air terjun Sedudo bisa tetap terjaga," kata Abdul Wakid, Kabag Humas Pemkab Nganjuk.

Prosesi siraman diawali dengan tabur bunga bunga di tengah-tengah objek wisata air terjun sedudo yang dilakukan Wakil Bupati Nganjuk KH Abdul Wachid Badrus (Gus Wachid). Usai menabur bunga, Gus Wahid pun melarung sesaji ke tengah-tengah area air terjun sedudo. "Ini sebagai pertanda kalau Pemkab Nganjuk selalu memperhatikan air terjun sedudo sebagai tempat wisata andalan di Kabupaten Nganjuk," jelas Gus Wachid.

Gus Wachid mengungkapkan, air terjun sedudo memang menjadi objek wisata paling ternama di Kabupaten Nganjuk. "Nama sedudo telah dikenal hingga luar daerah. Jadi kalau ada prosesi siraman, kami rasa itu bisa menambah daya tarik pengunjung," katanya. Bukan hanya mengikuti prosesi siraman, Gus Wachid pun ikut mandi di bawah air terjun sedudo bersama masyarakat. "Katanya kalau mandi bisa membuat awet muda," ucapnya. Karena itulah, kata Gus Wachid, dirinya mengajak masyarakat untuk mandi bersama di
 air terjun sedudo.

Sementara, ritual Siraman Sedudo kali ini berlangsung meriah dan sakral. Kemasan tari Bedhayan Amek Tirta semakin menambah kesakralan prosesi. Tari itu sendiri merupakan penggambaran rasa wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tari ini dibawakan oleh lima penari cantik. Sedangkan di belakangnya siap sepuluh gadis berambut panjang siap dengan klentingnya dan lima perjaka yang siap mengambil air (amek tirta) dari gerojogan Sedudo. Para penari tersebut, menari sambil membawa klenthing, Sedang, penggarapan tari ditangani oleh para seniman muda, yaitu Kokok Wijanarko, S.Sn, bersama istrinya, Ratri Mulyandari.
Sebelum pertunjukan tari dimulai, seorang penunjuk jalan (cucuk lampah) telah memandu jalan menuju air terjun Sedudo. Di belakang berderet lima sesepuh membawa dupa dan sesaji disusul para putri domas, lima penari Bedhayan, dan paling belakang terdiri dari 10 gadis berambut panjang dan 5 perjaka tampan. Yang menambah suasana menjadi sakral adalah aroma harum yang keluar dari kepulan asap dupa. Ini pertanda prosesi benar-benar dimulai, saat spriritualist, Ki Suprapto HS, membacakan mantra-mantra sambil membakar dupa menghadap ke guyuran air terjun Sedudo. Selanjutnya diikuti ritual larung sesaji ke dalam air Sedudo oleh Bupati Nganjuk. Setelah usai, mereka bersama-sama kembali menuju persiapan pertunjukan tari Amek Tirta. Di akhir pertunjukan tari, Bupati Nganjuk menyerahkan klenthing ke sepuluh gadis berambut panjang sebagai pertanda proses ritual Amek Tirta dilaksanakan.
Semua harus turun di bawah guyuran air terjun sedudo, yang konon memiliki kekuatan magis dapat menjadikan orang yang mandi awet muda. Saat itu, para ritual yang menenteng 'klenthing' hanya sekadar mengisi air sedudo yang mengguyur. Kendati harus berbasah-basah, para gadis cantik bertubuh ideal tersebut harus rela demi mendapatkan 'tirta amerta.'
Juga menurut mitosnya, gadis dan perjaga yang mengambil 'tirta amerta' ini harus masih suci, untuk menggambarkan bahwa air yang diambil juga benar-benar masih suci. Untuk itu tidak sembrang gadis dapat mewakili dalam proses sakral ini. Bila mitos ini dilanggar, menurut kepercayaan warga setempat dapat mendatangkan 'sengkala' (bahaya-red).
Lazimnya, tirta amerta yang dipercaya memiliki kesucian ini, biasa digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan kegiatan ritual seperti jamasan pusaka, upacara ruwatan, wisuda waranggana, dan sebagainya. Usai upacara selesai dilanjutkan mandi bersama para pengunjung dan tamu undangan berebut masuk ke pemandian air terjun Sedudo.
Menurut sejarahnya, sebenarnya upacara siraman ini tidak ada. Kendati pun kepercayaan masyarakat tentang mandi air di Sedudo ini sudah turun-temurun – sejak nenek moyang kita. Baru sekitar tahun 1987, prosesi garapan tari dikemas sebagai kalender budaya dan berlangsung hingga sekarang.
Hal yang sama disampaikan Lies Nurhayati, Kepala Disparbuda Nganjuk, objek wisata Sedudo merupakan objek wisata handalan yang potensinya tidak kalah dari daerah lain. Untuk itu, lanjutnya, dia berharap kepada semua agar mendukung program pemerintah Nganjuk dalam bidang pariwisata. Selain itu, Lies Nurhayati juga berharap obyek wisata Air Terjun Sedudo bisa menarik pengunjung dan meningkatkan pendapatan asli daerah, sehingga Kabupaten Nganjuk akan mampu menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur hingga manca Negara. Untuk itu dia berpesan agar semua pihak, terutama yang berada di sekitar lokasi objek wisata bisa ikut menjaga dan melestarikan lingkungan.

2 komentar:

  1. Kepedulian Saudara sangat membanggakan, perhatian dan kejelian Saudara untuk mengekspos kekayaan bumi Anjuk Ladang serta khasanah budaya yang ada akan sangat berarti bagi para putra daerah untuk semakin memperkaya pengetahuan mereka.

    BalasHapus


  2. Sangat membantu dan tempatnya menarik salam dk tour jogja

    BalasHapus