Mitos atau legenda yang hidup di masing-masing kawasan di sekitar wilayah. Ngluyu,
pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari daya linuwih yang dimiliki
oleh para tokoh yang berada dan bertempat di wilayah tersebut. Pada masa perang Pajang, kawasan Guo Margo Tresno – Umbul Argomulyo
(dulu disebut Ubalan) merupakan tempat persembunyian dan berada di bawah
pengamanan punggowo yang bernama Tlimah. Seorang punggowo yang paling muda yang dikenal jagoan dan memiliki
kesaktian dengan tugas utama untuk menjaga, menahan, menolak, memerangi
dan melindungi dari segenap ancaman dan marabahaya agar tetap tercipta
kehidupan yang aman dan damai dalam kehidupan sehari-hari. Berkat sawab
linuwih yang dimiliki punggowo Tlimah ini, Guo Margo Tresno – Umbul
Argomulyo ini kemudian tumbuh dan hidup sebuah kepercayaan bahwa kawasan
ini merupakan kawasan yang sangat manjur dan paling tepat untuk
melakukan kegiatan “lamun-lamun”.
Terutama untuk kegiatan olah rasa dan olah pikir. Mulai mencari
inspirasi, mencerahkan hati, niat, pikiran, dan membangun kembali ikatan
kebahagiaan, serta kedamaian hati. Termasuk dalam urusan cinta kasih
dan kebahagiaan hidup berumah tangga. Oleh karena itu dikawasan ini
hidup pula sebuah mitos : “ bahwa kalau bahtera kehidupan rumah tangga
rusak atau dirusak orang, apabila datang dan berdo’a di kawasan Guo
Margo Tresno – Umbul Argomulyo, maka do’a mereka akan mudah terkabul”.
Gua yang disekitarnya memiliki panorama
pegunungan yang cukup indah dan sejuk ini terletak di Desa
Sugihwaras Kecamatan Ngluyu 35 km arah utara pusat kota
Nganjuk sangat cocok dikunjungi bagi para petualang. Sejauh 650 m sebelum masuk pintu Gua Margo Tresno terdapat kolam Ubalan yang
airnya begitu jernih. Luas gua kurang lebih 15-50 m dan
berhubungan dengan gua lemah jeblong. Disekitar Gua Margo Tresno
terdapat, Gua Gondel, Gua Bale, Gua Pawon, Gua Omah dan Gua
Landak. Tak hanya itu desa ngluyu juga
terkenal dengan legenda MBAH GEDONG, Sesepuh atau orang pertama kali
membabad, memberi nama desa tersebut. mitos yang sering terdengar
tentang Mbah gedong siapa saja yang ingin berkunjung ke desa tersebut
dengan memakai batik corak putih bergaris yang sering dinamakan jarit parangrusak pasti
akan dikejar-kejar petir karena menurut orang kampung disitu jarit
parangrusak adalah baju yang sering di pakai Mbah Gedong dan gak boleh
di samakan oleh orang lain. Dan sampai sekarang cerita tersebut masih
benar terjadi alias nyata,ada seorang lagi mengadakan hajatan pernikahan
dan tiba-tiba gak ada mendung ada petir menyambar-nyambar dicari-cari
ternyata ada salah seorang tamu memberi kado sebuah jarit parangrusak lansung
kado yang berisi jarit dibuang jauh dari tempat hajatan seketika petir
yang dari tadi menyambar hilang bersamaan dengan jarit yang dibuang.
Allhualm., begiutlah yang terjadi hanya ALLAH yang tau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar