Pemkab Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten
Nganjuk menggelar siraman di objek wisata air terjun Sedudo beberapa waktu
lalu. Dalam acara tersebut, ratusan pengunjung berjubel ingin melihat langsung
prosesi siraman. "Ini memang menjadi agenda tahunan bagi Pemkab Nganjuk.
Makanya harus terus dipertahankan agar daya tarik air terjun Sedudo bisa tetap
terjaga," kata Abdul Wakid, Kabag Humas Pemkab Nganjuk.
Prosesi siraman diawali dengan tabur bunga bunga di tengah-tengah objek wisata
air terjun sedudo yang dilakukan Wakil Bupati Nganjuk KH Abdul Wachid Badrus
(Gus Wachid). Usai menabur bunga, Gus Wahid pun melarung sesaji ke
tengah-tengah area air terjun sedudo. "Ini sebagai pertanda kalau Pemkab
Nganjuk selalu memperhatikan air terjun sedudo sebagai tempat wisata andalan di
Kabupaten Nganjuk," jelas Gus Wachid.
Gus Wachid mengungkapkan, air terjun sedudo memang menjadi objek wisata paling ternama di Kabupaten Nganjuk. "Nama sedudo telah dikenal hingga luar daerah. Jadi kalau ada prosesi siraman, kami rasa itu bisa menambah daya tarik pengunjung," katanya. Bukan hanya mengikuti prosesi siraman, Gus Wachid pun ikut mandi di bawah air terjun sedudo bersama masyarakat. "Katanya kalau mandi bisa membuat awet muda," ucapnya. Karena itulah, kata Gus Wachid, dirinya mengajak masyarakat untuk mandi bersama di
air terjun sedudo.
Sementara, ritual Siraman Sedudo kali ini berlangsung meriah dan sakral.
Kemasan tari Bedhayan Amek Tirta semakin menambah kesakralan prosesi. Tari itu
sendiri merupakan penggambaran rasa wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tari ini dibawakan oleh lima penari cantik. Sedangkan di belakangnya siap
sepuluh gadis berambut panjang siap dengan klentingnya dan lima perjaka yang
siap mengambil air (amek tirta) dari gerojogan Sedudo. Para penari tersebut, menari sambil membawa klenthing, Sedang, penggarapan tari
ditangani oleh para seniman muda, yaitu Kokok Wijanarko, S.Sn, bersama
istrinya, Ratri Mulyandari.
Sebelum pertunjukan tari dimulai, seorang penunjuk jalan (cucuk lampah) telah
memandu jalan menuju air terjun Sedudo. Di belakang berderet lima sesepuh
membawa dupa dan sesaji disusul para putri domas, lima penari Bedhayan, dan
paling belakang terdiri dari 10 gadis berambut panjang dan 5 perjaka tampan.
Yang menambah suasana menjadi sakral adalah aroma harum yang keluar dari
kepulan asap dupa. Ini pertanda prosesi benar-benar dimulai, saat
spriritualist, Ki Suprapto HS, membacakan mantra-mantra sambil membakar dupa
menghadap ke guyuran air terjun Sedudo. Selanjutnya diikuti ritual larung
sesaji ke dalam air Sedudo oleh Bupati Nganjuk. Setelah usai, mereka
bersama-sama kembali menuju persiapan pertunjukan tari Amek Tirta. Di akhir
pertunjukan tari, Bupati Nganjuk menyerahkan klenthing ke sepuluh gadis
berambut panjang sebagai pertanda proses ritual Amek Tirta dilaksanakan.
Semua harus turun di bawah guyuran air terjun sedudo, yang konon memiliki
kekuatan magis dapat menjadikan orang yang mandi awet muda. Saat itu, para
ritual yang menenteng 'klenthing' hanya sekadar mengisi air sedudo yang
mengguyur. Kendati harus berbasah-basah, para gadis cantik bertubuh ideal
tersebut harus rela demi mendapatkan 'tirta amerta.'
Juga menurut mitosnya, gadis dan perjaga yang mengambil 'tirta amerta' ini
harus masih suci, untuk menggambarkan bahwa air yang diambil juga benar-benar
masih suci. Untuk itu tidak sembrang gadis dapat mewakili dalam proses sakral
ini. Bila mitos ini dilanggar, menurut kepercayaan warga setempat dapat
mendatangkan 'sengkala' (bahaya-red).
Lazimnya, tirta amerta yang dipercaya memiliki kesucian ini, biasa digunakan
untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan kegiatan ritual seperti jamasan
pusaka, upacara ruwatan, wisuda waranggana, dan sebagainya. Usai upacara selesai dilanjutkan mandi bersama para pengunjung dan tamu
undangan berebut masuk ke pemandian air terjun Sedudo.
Menurut sejarahnya, sebenarnya upacara siraman ini tidak ada. Kendati pun
kepercayaan masyarakat tentang mandi air di Sedudo ini sudah turun-temurun –
sejak nenek moyang kita. Baru sekitar tahun 1987, prosesi garapan tari dikemas
sebagai kalender budaya dan berlangsung hingga sekarang.
Hal yang sama disampaikan Lies Nurhayati, Kepala Disparbuda Nganjuk, objek
wisata Sedudo merupakan objek wisata handalan yang potensinya tidak kalah dari
daerah lain. Untuk itu, lanjutnya, dia berharap kepada semua agar mendukung
program pemerintah Nganjuk dalam bidang pariwisata. Selain itu, Lies Nurhayati
juga berharap obyek wisata Air Terjun Sedudo bisa menarik pengunjung dan
meningkatkan pendapatan asli daerah, sehingga Kabupaten Nganjuk akan mampu
menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur hingga manca Negara.
Untuk itu dia berpesan agar semua pihak, terutama yang berada di sekitar lokasi
objek wisata bisa ikut menjaga dan melestarikan lingkungan.
Kepedulian Saudara sangat membanggakan, perhatian dan kejelian Saudara untuk mengekspos kekayaan bumi Anjuk Ladang serta khasanah budaya yang ada akan sangat berarti bagi para putra daerah untuk semakin memperkaya pengetahuan mereka.
BalasHapus
BalasHapusSangat membantu dan tempatnya menarik salam dk tour jogja